Tak lupa pula rasa hormat kepada dosen pengampu mata kuliah Ibu Sri Rahayu,S.Pd.,M.Pd yang telah membibing saya untuk melaksanakan tugas media pembelajaran ini yang mungkin bisa di contoh atau menjadi refernsi pembaca.
Negara yang kaya akan budaya. Oleh karena itu, masyarakatnya bukan hanya satu bahasa, melainkan paling sedikit dua bahasa yaitu bahasa Indonesia dan bahasa daerah yang dipergunakan baik dalam lingkungan masyarakat maupun dalam lingkungan berkeluarga. Dalam lingkungan itu, bahasa merupakan alat komunikasi yang paling penting. Bahasa digunakan oleh setiap anggota masyarakat yang normal dalam kehidupan sehari-hari untuk berkomunikasi dengan anggota masyarakat yang lain. .
Selamat datang di blog saya, ini adalah blog tentang tatacara membuat hiasan dinding aksara lontara Makassar, mohon di baca baik-baik alat dan bahan nya, cara membuat nya dan cara penggunaan nya agar pembaca dapat memahami apa-apa saja itu aksara lontara Makassar.
HIASAN DINDING AKSARA LONTARA MAKASSAR
Salah satu inovasi sebagai media bahan ajar yang saya buat untuk pembelajaran MULOK (Muatan Lokal) yaitu bahasa daerah di Sekolah Dasar.
Alat dan Bahan
1. Kardus
2. Gabus
3. Gunting
4. Tali
5. Lem fox
6. Benang
7. Cutter
8. Pensil
9. Paku
10. Doubletip
11. Gantungan glamor
12. Kertas origami
13. Aksara lontara
14. Kertas HVS
Cara membuat
1. Membuat lingkaran di kardus dan di kertas HVS
2. Menggunting kardus dan kertas HVS sesuai pola
3. Lem kardus di bagian depan dan belakang kemudian tempelkan kertas HVS yang sudah di buatkan pola lingkaran
4. Menempelkan aksara lontara Makassar di atas kardus yang telah di lem dengan kertas HVS
5. Memotong gabus sesuai dengan besar tulisan yang akan di tempel
6. Membuat kupu-kupu dari kertas origami dan potong gabus sesuai dengan besar tulisan yang akan di tempel
7. Menempelkan judul di gabus
8. Gantunglah judul dan aksara lontara Makassar menggunakan tali.
Tujuan pembuatan media
Dari media murid tidak akan mengalami kesulitan karena adanya media yang menarik dan dapat di pahami dan mempermudah murid mempelajari aksara lontara Makassar. Dan pendidik juga tidak akan mengalami kesulitan mengajar karena memperlihatkan aksara lontara secara langsung kepada murid, jadi media ini mempermudah guru untuk mengajar dan mempermudah murid untuk merima ilmu
LONTARA
adalah aksara tradisional masyarakat Bugis dan Makassar. Bentuk aksara lontara menurut budayawan Prof Mattulada (alm) berasal dari "sulapa eppa wala suji". Wala suji berasal dari kata wala yang artinya pemisah/pagar/penjaga dan suji yang berarti putri. Wala Suji adalah sejenis pagar bambu dalam acara ritual yang berbentuk belah ketupat. Sulapa eppa (empat sisi) adalah bentuk mistis kepercayaan Bugis-Makassar klasik yang menyimbolkan susunan semesta, api-air-angin-tanah. Huruf lontara ini pada umumnya dipakai untuk menulis tata aturan pemerintahan dan kemasyarakatan. Naskah ditulis pada daun lontar menggunakan lidi atau kalam yang terbuat dari ijuk kasar (kira-kira sebesar lidi).
SEJARAH
Lontara adalah perkembangan dari tulisan Kawi yang digunakan di kepulauan Indonesia sekitar tahun 800-an. Namun dari itu, tidak diketahui apakah Lontara merupakan turunan langsung dari Kawi atau dari kerabat Kawi lain karena kurangnya bukti. Terdapat teori yang menyatakan bahwa tulisan Lontara didasarkan pada tulisan Rejang, Sumatra selatan karena adanya kesamaan grafis di antara dua tulisan tersebut. Namun hal ini tidak berdasar, karena beberapa huruf lontara merupakan perkembangan yang berumur lebih muda.[1]
Istilah "Lontara" juga mengacu pada literatur mengenai sejarah dan geneologi masyarakat Bugis. Contoh paling panjang dan terkenal barangkali merupakan mitos penciptaan bugis Sure’ Galigo, dengan jumlah halaman yang mencapai 6000 lembar. Lontara pernah dipakai untuk menulis berbagai macam dokumen, dari peta, hukum perdagangan, surat perjanjian, hingga buku harian. Dokumen-dokumen ini biasa ditulis dalam sebuah buku, tetapi terdapat juga medium tulis tradisional bernama Lontara’, di mana selembar daun lontar yang panjang dan tipis digulungkan pada dua buah poros kayu sebagaimana halnya pita rekaman pada tape recorder. Teks kemudian dibaca dengan menggulung lembar tipis tersebut dari kiri ke kanan.[2]
Walaupun penggunaan aksara Latin telah menggantikan Lontara, tulisan ini masih dipakai dalam lingkup kecil masyarakat Bugis dan Makassar. Dalam komunitas Bugis, penggunaan Lontara terbatas dalam upacara seperti pernikahan, sementara di Makassar tulisan Lontara kadang dibubuhkan dalam tanda tangan dan dokumen pribadi.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
hiasanx cantik..i like it
BalasHapusSyukron
BalasHapusSangat membantu tulisannya
BalasHapusUwaaawww jdi bgitu yah cara bikinnya... Terima kasih kaka ria😘
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus